05 Juni 2010

KONSEP BIAYA (EXPENSES)

Konsep dasar yang melandasi pembebanan cost adalah konsep upaya dan hasil (efforts and accomplishment). Atas dasar konsep tersebut cost dapat dipisah menjadi dua, yaitu cost yang masih menjadi potensi jasa (melekat pada aktiva), dan cost yang potensi jasanya dianggap sudah habis dalam rangka menghasilkan pendapatan. Manfaat cost adalah :
  1. apakah manfaat cost habis dalam rangka penyerahan produk/jasa atau sering disebut biaya (expensen).
  2. apakah manfaat cost habis karena sebab lain, yang digolongkan sbagai rugi (losses).

1. KARAKTERISTIK BIAYA

Pemahaman terhadap konsep biaya memerlukan analisis yang hati-hati terhadap karakteristik dari transaksi yang berkaitan dengan biaya. Ada elemen laporan lain yang sifatnya hamper sama dengan biaya namun sebaiknya tidak dimasukkan sebagai komponen biaya. Karakteristik biaya dapat dipahami dengan mengenali batasan atau pengertian yang berkaitan dengan biaya. Dengan pemahaman seperti ini, transaksi yang berkaitan dengan biaya dapat dengan mudah diidentifikasi sehingga dapat disajikan dengan benar dalam laporan keuangan.

A. Pengertian Biaya

Secara umum, dapat dikatakan bahwa cost yang telah dikorbankan dalam rangka menciptakan pendapatan disebut dengan biaya. FASB (1980) mendefinisikan biaya sebagai berikut :

Biaya adalah aliran keluar (outflows) atau pemakaian aktiva atau timbulnya hutang (atau kombinasi keduanya) selama satu periode yang berasal dari penjualan atau produksi barang atau penyerahan jasa atau pelaksanaan kegiatan yang lain yang merupakan kegiatan utama suatu entitas.

Sedang IAI (1994) mendefinisikan biaya (beban) sebagai berikut :

Beban (expenses) adalah penurunan manfaat ekonomi selama suatu periode akuntansi dalam bentuk arus keluar atau berkurangnya aktiva atau terjadinya kewajiban yang mengakibatkan penurunan ekuitas yang tidak menyangkut pembagian kepada penanam modal.

Dari pengertian di atas dapat dilihat bahwa biaya pada akhirnya merupakan aliran keluar aktiva meskipun kadang-kadang harus melalui hutang lebih dahulu.

Sementara Kam (1990) mendefinisikan biaya sebagai penurunan nilai aktiva atau kenaikan hutang atau kenaikan ekuitas pemegang saham (stockholder’s equity) sebagai akibat pemakian barang dan jasa oleh suatu unit usaha untuk menghasilkan pendapatan pada periode berjalan.

Dari definsi-definisi di atas, definisi yang dikemukakan IAI sejalan dengan definisi yang diajukan oleh Kam. Keduanya mendefinisikan biaya dari sudut pandang peristiwa moneter (penurunan aktiva, kenaikan hutang/kenaikan ekuitas). Sebaliknya definisi yang dikemukakan FASB cenderung agak berbeda dengan definisi yang dikemukakan Kam. Perbedaan sudut pandang tersebut dapat dianalisis sebagai berikut :
  1. Definisi yang diajukan FASB tidak menunjukkan perbedaan yang jelas antara peristiwa moneter dan peristiwa fisik. Perlu diketahui bahwa laba, pendapatan, dan biaya saling berkaitan erat dengan nilai dari suatu obyek ekonomi tertentu (jumlah rupiah memiliki sifat moneter, karena dihasilkan dari peristiwa yang menyebabkan perubahan nilai obyek ekonomi tersebut. Biaya menunjukkan peristiwa moneter yang berasal dari pemakaian barang dan jasa (peristiwa fisik) dalam kegiatan operasional perusahaan.
  2. Pemakaian aktiva harus menunjukkan adanya suatu cost yang dinyatakan keluar (dikonsumsi) sebagai biaya.
  3. Apabila dilihat dari pandangan tradisional, definisi yang dikemukakan FASB menunjukkan bahwa biaya hanya dihasilkan dari pemakaian aktiva untuk tujuan menghasilkan pendapatan pada periode berjalan.

B. Biaya dan Rugi (Losses)

Agar pemakai laporan keuangan mendapat tambahan informasi yang lebih lengkap, rugi dapat disertakan dalam laporan rugi laba sebagai penentu besarnya laba komprehensif. Rugi sebaiknya disajikan terpisah dari biaya.
Dari definisi yang terdapat dalam Konsep Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan, IAI tidak memisahkan biaya dengan rugi ataupun tidak langsung untuk memperoleh pendapatan disebut dengan biaya.

2. PENGUKURAN DAN PENGAKUAN BIAYA

Pengukuran dan pengakuan biaya memainkan peranan penting dalam penyusunan laporan keuangan. Oleh karena itu pemahaman secara konseptual tentang pengukuran dan pengakuan pendapatan tidak dapat diabaikan.

A. Pengukuran Biaya

Sejalan dengan penilaian aktiva, biaya dapat diukur atas dasar jumlah rupiah yang digunakan untuk penilaian aktiva dan hutang. Oleh karena itu pengukuran biaya dapat didasarkan pada :
1. Cost Historis
2. Cost pengganti/cost masukan terkini (Replacement Cost/Current Input Cost).
3. Setara kas (Cash Equivalent)

Meskipun ada berbagai dasar penilaian, dalam praktek yang paling banyak digunakan untuk mengukur biaya adalah cost histories.

B. Pengakuan Biaya

Pada dasarnya cost memiliki dua kedudukan penting, yaitu :
a. sebagai aktiva (potensi jasa)
b. sebagai beban pendapatan (biaya)

Proses pembebanan cost padas dasarnya merupakan proses pemisahan cost. Oleh karena itu, agar informasi yang dihasilkan akurat, bagain cost yang telah diakui sebagai biaya pada periode berjalan dan bagian cost yang akan dilaporkan sebagai aktiva (diakui sebagai biaya peda periode berjalan dan bagian cost yang akan dilaporkan sebagai aktiva (diakui sebagai biaya periode mendatang) harus dapat ditentukan dengan jelas.

Ada dua masalah yang muncul sehubungan dengan pemisahan cost tersebut, yaitu :
  1. kriteria yang digunakan untuk menentukan cost tertentu yang harus dibebankan pada pendapatan periode berjalan.
  2. kriteria yang digunakan untuk menentukan bahwa cost tertentu ditangguhkan pembebanannya.
Semua cost dapat ditangguhkan pembebanannya sebagai biaya apabila cost tersebut memenuhi criteria sebagai berikut :
  • memenuhi definisi aktiva (memiliki manfaat ekonomi masa mendatang, dikendalikan perusahaan, berasal dari transaksi masa lalu).
  • Ada kemungkinan yang cukup bahwa manfaat ekonomi masa mendatang yang melekat pada aktiva dapat dinikmati oleh entitas yang menguasai.
  • Besarnya manfaat dapat diukur dengan cukup andal.
Dari uraian diatas, secara umum dapat dirumuskan bahwa berdasarkan konsep penandingan (matching), pengakuan pendapatan. Apabila pengakuan pendapatan ditunda, maka pembebanan biaya juga ditunda. Untuk mengatasi berbagai perbedaan pendapatan tentang pengakuan biaya, biasanya badan berwenang mengeluarkan aturan tertentu untuk mengakui biaya.

3. KONSEP PENANDINGAN (MATCHING)

Konsep penandingan adalah konsep yang dimaksudkan untuk mencari dasar hubungan yang tepat dan rasional antara pendapatan dan biaya. Pendapatan merupakan hasil yang dituju perusahaan, sementara cost yang dikeluarkan untuk memperoleh pendapatan tersebut merupakan upaya yang dilakukan perusahaan.
Penandingan antara biaya dan pendapatan memerlukan dasar yang tepat. Upaya mencari dasar penandingan yang tepat merupakan masalah yang sering dihadapi oleh akuntan.
Paton dan Littleton mengungkapkan :

masalah utama dalam menandingkan pendapatan dan biaya adalah mencari dasar penandingan yang paling tepat antara pendapatan dengan biaya yang berhubungan dengan pendapatan tersebut ………Hubungan fisik yang dapat dilihat sebenarnya dapat digunakan sebagai media untuk melacak dan membebankannya. Meskipun demikian harus diakui bahwa dengan melihat kondisi yang ada, dasar penandingan yang paling penting adalah kelayakan (reasonable) bukannya pengukuran fisik.

Dalam praktek ada tiga dasar penandingan yang umum digunakan untuk mencari hubungan antara biaya pendapatan dalam satu periode tertentu. Dasar penandingan tersebut adalah : hubungan sebab akibat (association of causes and effects), alokasi sistematik dan rasional (systematic and rational allocation) dn pembebanan segera (immediate recognition).

A. Hubungan Sebab Akibat

Dasar yang paling ideal untuk membandingkan biaya dengan pendapatan adalah hubungan sebab akibat. Meskipun dasar ini sulit untuk dibuktikan, namun atas dasar pengamatan yang dilakukan para akuntan menunjukkan bahwa barang/jasa tertentu yang digunakan dalam proses produksi pada akhirnya akan membantu dalam proses menghasilkan pendapatan selama periode tertentu.

Komite American Accounting Association juga menyarankan penggunaan hubungan sebab akibat sebagai dasar penandingan. Mereka mengatakan :
Cost harus dihubungkan dengan pendapatan yang direalisasi selama periode tertentu atas dasar korelasi positif yang dapat dilihat hubungannya antara cost tersebut dengan pendapatan yang diakui.

Dari pernyataan di atas dapat dirumuskan bahwa penandingan yang benar-benar tepat dapat dilakukan apabila terdapat hubungan yang rasional antara pendapatan dan biaya. Oleh karena itu pengakuan biaya harus dihubungkan dengan pendapatan dan dilaporkan dalam periode yang sama dengan periode pengakuan pendapatan.

Ada beberapa masalah teknis yang timbul apabila penandingan langsung atas dasar produk yang digunakan sebagai dasar hubungan sebab akibat. Masalah tersebut adalah :
  • pemakaian barang dan jasa yang bagaimana yang dapat diidentifikasi dengan produk ?
  • apabila biaya tidak menambah nilai produk tertentu, kapan biaya tersebut dapat dihubungkan secara langsung dengan pendapatan di masa yang akan datang ? Bagaimana biaya tersebut dapat dilaporkan dengan tepat sesuai dengan pendapatan yang diperoleh ?
  • kapan biaya yang terjadi setelah penjualan dapat dicatat dan dilaporkan ?
Berikut ini akan dibahas ketiga masalah tersebut dan alternatif pemecahannya :

1. Identifikasi Cost Produk

Sesuai dengan konsep penandingan, semua cost produksi harus dibebankan pada produk yang bersangkutan. Cost produk dapat dibagi menjadi dua :
1. cost produk yang melekat pada produk terjual dan nantinya akan dibebankan sebagai biaya.
2. cost yang melekat pada produk yang belum terjual (dilaporkan sebagai persediaan) dan dicatat sebagai aktiva sampai produk tersebut terjual.

Beberapa cost produk dapat langsung dihubungkan dengan produk tertentu, sementara cost yang lain hanya dapat dihubungkan dengan kegiatan produksi dan dialokasikan pada produk berdasarkan aturan atau prosedur tertentu. Disinilah pentingnya melakukan identifikasi untuk menentukan cost produksi langsung (direct product cost) dan cost produk tidak langsung (indirect product cost).

Yang menjadi masalah sekarang diantara cost produk tersebut yang manakah yang dapat ditandingkan dengan pendapatan ? Akuntan banyak yang tidak sependapat untuk membebankan semua cost produksi individual pada produk tertentu. Perbedaan ini muncul karena adanya dua konsep yang berbeda dalam menentukan elemen cost produk, yaitu konsep full costing dan konsep direct costing.
Masalah lain yang muncul adalah cost kapasitas menganggur dan cost produk rusak yang bersifat abnormal. Jenis cost tersebut umumnya dianggap sebagai rugi (losses) atau langsung dibebankan sebagai biaya.

2. Biaya Yang Langsung Berhubungan dengan Pendapatan Masa Mendatang, Tetapi Tidak Masuk dalam Cost Produksi.

Pada beberapa kasus, cost dapat dihubungkan dengan pendapatan masa mendatang tidak dapat dibebankan secara langsung dengan produk tertentu. Hal ini disebabkan cost tersebut tidak menunjukkan nilai tambah pada produk yang bersangkutan.

Biaya penjualan dan administrasi tidak harus ditandingkan dengan pendapatan di masa mendatang jika tidak ada jaminan yang rasional untuk menghubungkan biaya tersebut dengan pendapatan di masa mendatang.
Tidak diperolehnya pendapatan atau tidak adanya kemungkinan rugi pada periode berjalan, bukan merupakan alasan untuk menunda pembebanan biaya. Alasannya adalah apabila suatu cost barang dan jasa tidak memberikan manfaat pada periode sekarang dan juga bukan merupakan rugi, maka cost tersebut harus dialokasikan pada periode mendatang agar dapat dilakukan penandingan antara biaya dan pendapatan.

3. Biaya Yang Berhubungan Dengan Pendapatan Yang Terjadi Setelah Pendapatan Diakui.

Umumnya biaya yang berhubungan dengan pendapatan akan terjadi setelah biaya yang akan timbul setelah penjualan. Apabila cost kegiatan tertentu dapat ditaksir secara layak dan cukup pasti, maka cost tersebut dapat diakui sebagai biaya pada periode pengakuan pendapatan.

Meskipun dapat menimbulkan masalah, alokasi sistematis tetap dapat digunakan sebagai dasar penandingan. Ada beberapa alasan yang mendukung pemakaian alokasi sistematis dan rasional.
  1. Banyak cost periodic yang berhubungan secara tidak langsung dengan pendapatan periode berjalan.
  2. Pada bebrapa kasus sulit mencari hubungan langsung antara cost tertentu dengan pendapatan. Apabila cost dikeluarkan untuk kegiatan operasional perusahaan, maka cost tersebut harus diakui sebagai biaya pada periode terjadinya.
  3. Apabila manfaat masa mendatang tidak dapat diukur dengan cukup pasti atau cost yang dikeluarkan tidak memiliki hubungan dengan pendapatan di masa mendatang, maka tidak ada alas an untuk menunda pembebanan cot sebgai biaya pada periode terjadinya.
  4. Apabila biaya bersifat rutin (regular) dan terjadi berulang-ulang maka pembebanan langsung secara material tidak akan berpengaruh terhadap laba bersih, meskipun penandingan yang tepat tidak dapat dicapai.